Pengajuan Perkara Tingkat I di Pengadilan Agama Binjai
Pengajuan Perkara Tingkat I
Ditayangkan: 05 Maret 2018 | Ditulis oleh Super User | Dilihat:
839
Masyarakat yang mempunyai permasalahan atau sengketa
mengenai sesuatu yang berkaitan dengan wewenang Pengadilan Agama, dapat
mengajukan gugatan atau permohonan ke Pengadilan Agama Binjai.
I.
Perkara Pernikahan Mengenai Perceraian
Ada dua jenis perkara perceraian
:
A.
Cerai Talak, yaitu : permohonan perceraian yang
diajukan oleh Suami yang disebut sebagai Pemohon dan isteri disebut sebagai
Termohon.
B.
B. Cerai Gugat, yaitu : gugatan perceraian yang
diajukan oleh Isteri yang disebut Penggugat dan suami disebut sebagai Tergugat.
A.
Cerai
Talak.
Langkah-langkah yang harus
dilakukan pemohon (Suami) atau Kuasanya :
1. a. Mengajukan permohonan secara tertulis atau
lisan kepada Pengadilan Agama/ Mahkamah Syari'ah (Pasal 118 HIR, 142 R Bg.
jo Pasal 66 UU No. 7 Tahun 1989 yang
telah diubah dengan No. 3 Tahun 2006 dan UU No. 50 Tahun 2009)
b. Pemohon dianjurkan untuk meminta petunjuk
kepada pengadilan agama/mahkamah syar'iah tentang tata cara membuat surat
permohonan (Pasal 119 HIR, 143 R. Bg jo Pasal 58 UU No. 7 Tahun 1989 yang telah
diubah dengan pasal UU No. 3 Tahun 2006 dan UU No. 50 Tahun 2009)
c. Surat Permohonan dapat dirubah sepanjang
tidak mengubah posita dan petitum. Jika Termohon telah membuat surat permohonan
ternyata ada perubahan, maka perubahan tersebut harus ada perubahan Termohon.
2. Permohonan tersebut diajukan ke pengadilan agama/mahkamah
syar'iah :
a. Yang daerah hukumnya meliputi kediaman
Termohon (Pasal 66 ayat (2) UU No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan UU No.
3 Tahun 2006 dan UU No. 50 Tahun 2009)
b. Bila Termohon meninggalkan tempat kediaman
yang telah disepakati bersama tanpa izin Pemohon, maka permohonan harus
diajukan kepada pengadilan agama/mahkamah syar'iah yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Pemohon (Pasal 73
ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006 dan
UU No. 50 Tahun 2009)
c. Bila Pemohon dan Termohon bertempat
kediaman diluar negeri, maka permohonan diajukan kepada pengadilan
agama/mahkamah syar'iah yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Pemohon
(Pasal 66 ayat (3) UU No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan UU No. 3 Tahun
2006 dan UU No. 50 Tahun 2009) jo Pasal 32 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974;
d. Bila Termohon dan Pemohon bertempat
kediaman di luar negeri, maka permohonan diajukan kepada pengadilan
agama/mahkamah syar'iah yang daerah hukumnya meliputi tempat dilangsungkannya
pernikahan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat (Pasal 66 ayat (4) UU No.
7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006 dan UU No. 50 Tahun
2009)
3. Permohonan tersebut memuat :
a. Nama, umur, pekerjaan, agama dan
tempat kediaman Pemohon dan Termohon;
b. Posita (fakta kejadian dan fakta
hukum);
c. Petitum (hal-hal yang dituntut
berdasarkan posita)
4. Permohonan soal penguasaan anak,
nafkah anak, nafkah istri danharta bersama dapat diajukan bersama-sama dengan
permohonan cerai talak atau sesudah ikrar talak diucapkan (Pasal 66 ayat (5) UU
No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006 dan UU No. 50
Tahun 2009)
5. Membayar biaya perkara (Pasal 121
ayat (4) HIR, 145 ayat (4) R. Bg jo. Pasal 89 UU No. 7 Tahun 1989 yang telah
diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006 dan UU No. 50 Tahun 2009). Bagi yang tidak
mampu dapat berperkara secara cuma-cuma (prodeo) (Pasal 273 R.Bg)
* Kemudian
pemohon dibolehkan pulang dan menunggu panggilan untuk proses persidangan *
B.
Cerai Gugat.
Langkah-langkah yang harus
dilakukan penggugat (Istri) atau Kuasanya :
1. a. Mengajukan permohonan secara tertulis
atau lisan kepada Pengadilan Agama/ Mahkamah Syari'ah (Pasal 118 HIR, 142 R Bg.
jo Pasal 73 UU No. 7 Tahun 1989 yang
telah diubah dengan No. 3 Tahun 2006 dan UU No. 50 Tahun 2009)
b. Pemohon
dianjurkan untuk meminta petunjuk kepada pengadilan agama/mahkamah syar'iah
tentang tata cara membuat surat permohonan (Pasal 119 HIR, 143 R. Bg jo Pasal
58 UU No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan pasal UU No. 3 Tahun 2006 dan
UU No. 50 Tahun 2009)
c. Surat
Permohonan dapat dirubah sepanjang tidak mengubah posita dan petitum. Jika
Termohon telah membuat surat permohonan ternyata ada perubahan, maka perubahan
tersebut harus ada perubahan Termohon.
2. Permohonan tersebut diajukan ke
pengadilan agama/mahkamah syar'iah :
a. Yang
daerah hukumnya meliputi kediaman Termohon (Pasal 73 ayat (1) UU No. 7 Tahun
1989 yang telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006 dan UU No. 50 Tahun 2009)
b. Bila
Termohon meninggalkan tempat kediaman yang telah disepakati bersama tanpa izin
Pemohon, maka permohonan harus diajukan kepada pengadilan agama/mahkamah
syar'iah yang daerah hukumnya meliputi
tempat kediaman Pemohon (Pasal 73 ayat (2) UU No. 7 Tahun 1989 yang telah
diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006 dan UU No. 50 Tahun 2009)
c. Bila
Pemohon dan Termohon bertempat kediaman diluar negeri, maka permohonan diajukan
kepada pengadilan agama/mahkamah syar'iah yang daerah hukumnya meliputi tempat
kediaman Pemohon (Pasal 73 ayat (2) UU No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah
dengan UU No. 3 Tahun 2006 dan UU No. 50 Tahun 2009)
d. Bila
Termohon dan Pemohon bertempat kediaman di luar negeri, maka permohonan
diajukan kepada pengadilan agama/mahkamah syar'iah yang daerah hukumnya
meliputi tempat dilangsungkannya pernikahan atau kepada Pengadilan Agama
Jakarta Pusat (Pasal 73 ayat (3) UU No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan
UU No. 3 Tahun 2006 dan UU No. 50 Tahun 2009)
3. Permohonan tersebut memuat :
a. Nama, umur, pekerjaan, agama dan
tempat kediaman Pemohon dan Termohon;
b. Posita (fakta kejadian dan fakta
hukum);
c. Petitum (hal-hal yang dituntut
berdasarkan posita)
* Kemudian
penggugat dibolehkan pulang dan menunggu panggilan untuk proses persidangan *
II. Perkara
Pernikahan Selain Perceraian
Cara mengajukan perkara gugatan atau permohonan mengenai
pernikahan selain perceraian, misalnya gugatan sengketa harta bersama, gugatan
pemeliharaan anak, permohonan pengesahan pernikahan dan lain sebagainya, pada
prinsipnya sama dengan cara mengajukan gugatan cerai. Akan tetapi apabila
sengketa berkaitan dengan harta tidak bergerak (mis.tanah), maka gugatan
diajukan di pengadilan yang wilayahnya meliputi wilayah tanah sengketa.
III. Perkara
Selain Pernikahan
Demikian juga cara mengajukan perkara gugatan selain
pernikahan, misalnya : gugatan sengketa mengenai :
1. Waris;
2. Wasiat;
2. Hibah;
3. Wakaf;
4. Zakat;
5. Infaq;
6. Shadaqah; dan
7. Ekonomi Syari'ah.
Pada prinsipnya sama dengan cara mengajukan gugatan cerai.
Akan tetapi apabila sengketa berkaitan dengan harta tidak bergerak (mis.tanah),
maka gugatan diajukan di pengadilan yang wilayahnya meliputi wilayah tanah
sengketa.
Sumber : http://pa-binjai.go.id/index.php/layanan-masyarakat/prosedur-berpekara/12-prosedur-berpekara/72-pengajuan-perkara-timgkat-i